Senin, 13 Mei 2013

Konspirasi amerika dibalik senjata kimia yang di ALAMI kan dunia ! H5n1

Pada tahun 2005-2009 lalu, Menteri Kesehatan Siti Fadilah
Supari (59) membuat gerah World Health Organization
(WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan
dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu
burung, Avian influenza (H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia,
perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi
vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Fadilah menuangkannya
dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan
Tuhan di Balik Virus Flu Burung.

Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, Siti juga meluncurkan
buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It’s
Time for the World to Change.
Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakukan negara adikuasa
dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada
penyebaran virus flu burung.
“Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran
flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita,” ujar
Fadilah kepada Persda Network di Jakarta.
Situs berita Australia, The Age , mengutip buku Fadilah
dengan mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi
mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian
H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi.
Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai
protes dari petinggi WHO. “Kegerahan” itu saya tidak
tanggapi, betul apa nggak, mari kita buktikan.”
“Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan
kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO,
lewat Freeport, dan lain-lain. Coba kalau tidak ada, kita
sudah kaya,” ujarnya.
Fadilah mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-
masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.
“Saat ini banyak yang meminta, jadi dalam waktu dekat saya
akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau
cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk
rencana ini saya sedang mencari dan membicarakan dengan
penerbitan besar,” katanya.
Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6
November 1950, mengatakan telah menyiapkan buku jilid
kedua.
“Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan
saya beberkan semua bagaimana pengalaman saya.
Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya
dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk
kelontongan”, ujarnya.
“Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah
Pemerintahan George Bush,” ujar menteri kesehatan
pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.
Siti enggan berkomentar tentang permintaan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari
peredaran.
“Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa Indonesia,
sebagian, sekitar 500 buku saya bagi-bagikan gratis,
sebagian lagi dijual ditoko buku. Yang bahasa Inggris dijual,”
katanya sembari mengatakan, tidak mungkin lagi menarik
buku dari peredaran.
Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan
militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI
bersedia menarik buku setebal 182 halaman itu.
Mengubah Kebijakan apapun komentar pemerintah AS dan
WHO, Fadilah sudah membikin sejarah dunia. Gara-gara
protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung,
AS dan WHO sampai-sampai mengubah kebijakan
fundamentalnya yang sudah dipakai selama 50 tahun.
Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban tewas flu burung
mulai terjadi di Indonesia pada 2005. Majalah The Economist
London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak yang
memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak
flu burung.
“Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang
terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini
dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yaitu
transparansi,” tulis The Economist.
Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat
tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak
terkena kasus flu burung.
Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan
penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center
(WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk
menyerahkan sampel spesimen.
Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga
meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian.
Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO meminta sampel
dikirim ke Hongkong?
Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban
flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang
telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO untuk
dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat
bibit virus.
Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia
menemukan fakta, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-
perusahaan besar dari negara maju, negara kaya, yang tak
terkena flu burung.
Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban,
kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa
kompensasi.
Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan
martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan
atas dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN)
WHO.
Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik
selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110
negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa
bisa menolak. Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka
berhak memprosesnya menjadi vaksin!
Siti Fadilah terus mengejar WHO agar mengembalikan 58
virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio
Health Security , lembaga penelitian senjata biologi
Pentagon.
Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta
pertukaran virus yang adil, transparan, dan setara.
Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim
spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu
mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan
dunia.
Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam
WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada
akhirnya dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di
Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM)
WHO akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu
sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan.

KAMI BUKAN TIKUS AMERIKAN IDIOT!
WE NOT A SHEEP! FUCK YOU FUCK THE IMPERIALISM FUCK THE NEW WORLD ORDER!
KAMI MENGGOYANGKAN LANGIT, MENGGELORAKAN SAMUDERA,MENGGEMPARKAN BUMI!! KAMI BUKAN BANGSA TEMPE YANG MENGHARAPKAN BEBELAS KASIH DARI IMPERIAL... FUCK YUDHOYONO REZIM!!

( dikutip dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar